David and Goliath: Underdogs, Misfits, and the Art of Battling Giants menjadi buku pertama yang selesai saya baca di tahun 2020. Sesuai resolusi yang saya buat untuk membaca minimal 3 buku di tahun ini, semoga masih ada buku kedua, ketiga, dan seterusnya yang akan saya selesaikan 🙂
Buku ini telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, dan versi ini yang saya beli dari Gramedia online tahun lalu. Versi Bahasa Indonesianya berjudul David and Goliath: Ketika Si Lemah Menang Melawan Raksasa.
David and Goliath sebenarnya buku yang sudah terbit cukup lama, publikasi pertama versi aslinya pada 1 Oktober 2013 menurut goodreads.com. Hampir di setiap toko buku kita bisa menemui judul ini, karena memang buku ini cukup terkenal dan masuk New York Times bestsellers.
Buku David and Goliath memberikan kita data-data dan fakta menarik yang dapat kita gunakan sebagai dasar untuk pertimbangan dalam menjalani kehidupan. Apa yang dituliskan dalam buku ini membantu kita untuk tidak berpikir monoton dan lempeng-lempeng saja.
Bab awal dari buku ini membahas tetang bagaimana Goliath, seorang petempur raksasa dengan perlengkapan perang yang lengkap dapat dikalahkan oleh Daud, seorang gembala muda yang hanya bersenjatakan sling dan batu.
Tidak banyak hal teologi yang digunakan dalam buku ini, pembahasan sebagian besar hal-hal ilmiah dan pembuktian logis. Seperti prediksi mengenai Goliath yang mengalami kelainan fisik sehingga memiliki tubuh raksasa dan pengelihatan yang buruk. Dan juga mengenai teknik perang jaman itu, dimana petarung jarak dekat kalah dengan petarung jarak jauh, petarung jarak jauh kalah dengan pasukan berkuda, dan pasukan berkuda kalah dengan petarung jarak dekat.
Titik Puncak dari Kurva U Terbalik
Bab-bab berikutnya sudah tidak lagi membahas mengenai Daud dan Goliath, namun tetap berdiri pada gagasan yang sama, yaitu apa yang terlihat pasti menang, pasti benar, pasti berhasil, apa yang lemah pasti kalah, dan keyakinan lainnya yang belum tentu terbutki benar.
Yang paling saya ingat dari membaca buku David and Goliath ini adalah segala suatu memiliki titik keseimbangan terbaik yang merupakan gambaran dari puncak kurva U terbalik.
Contoh sederhananya, tanaman yang tidak diberikan air akan mati kering, tanaman yang diberikan terlalu banyak air akan busuk, air yang diberikan harus pas sesuai kebutuhan tanaman tersebut sehingga tanaman itu dapat tumbuh dengan potensi terbaiknya.
Kita harus menemukan titik puncak yang berbeda-beda untuk setiap orang dan setiap kasus.
Salah satu cerita yang dibagikan dalam buku ini mengenai anak berprestasi yang sekolah di sekolahan biasa lalu pindah ke sekolahan unggulan, ekspektasi kita tentu saja anak ini akan semakin berprestasi, bakatnya semakin terasah, mendapat pendidikan terbaik, dan hal-hal menarik lainnya, namun yang terjadi malah kebalikannya ia kehilangan motivasi, kehilangan antusias, dan merasa gagal.
Yang terjadi pada anak tersebut tidak sesuai dugaan kita, karena apa yang diberikan sudah melebihi puncak dari kurva U terbaliknya. Ia tertekan ketika menyadari bahwa dulu ia bisa berprestasi, di sini ia tidak ada apa-apanya dibanding teman-temannya yang lain. Antusiamenya selama ini runtuh seketika. Percaya dirinya rusak.
Kadang menjadi ikan besar di kolam kecil lebih baik daripada menjadi ikan kecil di kolam besar.
Ada lagi cerita tentang keyakinan bahwa kelas dengan sedikit murid (kelas kecil) lebih baik daripada kelas dengan banyak murid (kelas besar). Murid di kelas kecil pasti mendapat lebih banyak perhatian, lebih fokus belajar, dan lebih terkendali. Tidak salah, namun tetap ada puncaknya. Ketika puncak itu sudah dilewati, jumlah murid menjadi terlalu sedikit, yang terjadi justru kelas menjadi pasif, tidak ada diskusi, tidak ada perbedaan pendapat, mudah didominasi.
Bagian berikutnya dari buku David and Goliath membahas tentang bagaimana kesulitan justru dapat menjadi berguna. Seperti banyak orang disleksia yang sukses dalam hidupnya. Bagaimana kelemahan dan gangguan memaksa kita menjadi orang yang lebih tangguh.
Dan bagian yang terakhir adalah tentang batasan kekuasaan. Bagaimana legitimasi bekerja, mengapa orang tidak mematuhi peraturan. Bagaimana ancaman hukuman yang tidak adil dan terlalu keras justru meningkatkan kejahatan karena pelaku tidak lagi mau memikirkannya.
Secara keseluruhan buku David and Goliath cukup bagus dan memancing kita untuk berpikir kritis. Recommended!
Pingback: Bull's Eye - The Power of Focus, Buku Kedua di 2020 | Herwin Lab