Kodok, Hewan Sensitif, Indikator Perubahan Lingkungan

Kodok, Hewan Sensitif, Indikator Perubahan Lingkungan Kodok 1

Kodok merupakan hewan yang sangat terikat pada habitatnya. Kodok juga sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Kepekaan ini dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya perubahan lingkungan di sekitarnya. Dampak perubahan lingkungan terlihat pada turunnya populasi yang disertai turunnya keanekaragaman jenis kodok.

Tahun kodok

Tahun 2008 disepakati sebagai Tahun Kodok (Year of Frogs). Penetapan ini berawal dari kekhawatiran banyak ahli kodok di dunia terhadap rentannya eksistensi kodok akibat isu pemanasan global dan besarnya ancaman dari dampak lingkungan. Tujuan penetapan Tahun Kodok untuk mengangkat pamor kodok di dunia.

Bahaya yang dihadapi

Masalah utama yang mengancam populasi dan keanekaragaman jenis kodok di Indonesia adalah hilangnya habitat alami kodok, seperti penggundulan hutan hujan tropis, pencemaran air sungai (berupa limbah rumah tangga dan logam berat), dan konversi lahan basah menjadi areal perkebunan. Pemanfaatan yang berlebihan serta serangan penyakit jamur dan virus juga menjadi menjadi ancaman yang dihadapi kodok.

Kerusakan hutan hujan tropis paling besar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa. Kerusakan di Pulau Jawa berdampak nyata pada status jenis-jenis kodok yang terdapat di dalamnya, terutama jenis-jenis yang endemik (tidak terdapat di pulau lain).

Perbedaan katak dan kodok

Katak memiliki:
• Kulit yang halus dan berlendir
• Kaki yang panjang dan kuat
• Kaki belakang yang berselaput
• Dua mata yang menonjol
• Bertelur dalam klaster

Kodok memiliki
• Kulit yang kering dan berbintil
• Badan yang buntek dengan kaki belakang pendek
• Kelenjar paratoid di belakang mata
• Bertelur dalam rantai yang panjang

Sekilas kodok

Kodok jantan datang ke kolam dan menggunakan teknik unik mereka untuk menarik perhatian kodok betina. Dengan teknik “amplexus”, kodok jantan akan memeluk pinggang kodok betina.

Klasifikasi katak dan kodok:
• Kerajaan  : Animalia
• Filum  : Chordata
• Kelas  : Amfibia
• Bangsa : Anura

Polusi dan Reproduksi

Jenis-jenis yang tidak tahan terhadap polusi umumnya akan mati pada tingkat metamorfosis dari telur menjadi berudu, sedangkan jenis-jenis yang tahan umumnya akan mengalami pertumbuhan tidak normal atau cacat pada tangan atau kaki yang sangat berperan pada proses kawin kodok. Bila bentuknya tidak normal atau tidak tumbuh, hal itu berpengaruh pada berlanjutnya keturunan jenis kodok itu. Akibatnya, jenis yang tahan terhadap polusi air berangsur-angsur juga punah.

1.893 jenis kodok berada dalam status terancam dan menuju kepunahan.

Hidup katak dalam tiap tahap pertumbuhannya rentan akan bahaya. Misalnya katak pohon dalam semalam mampu bertelur sampai 500 butir. Dari 20 telur hanya 1 yang akan menjadi katak, dari 10 katak hanya 1 yang hidup lebih dari setahun.

Kodok berdarah dingin, suhu tubuh berubah sesuai suhu udara. Kulit katak mampu beradaptasi untuk menghindari kekeringan. Katak dapat menyerap air dan embun melalui kulitnya.

Amfibi adalah karnivora, sedangkan kebanyakan berudu adalah herbivora.

Mekanisme pertahanan beberapa jenis katak dan kodok

Limnonectes mempunyai geligi seperti taring sebagai alat pertahanan diri. Kulit beracun pada jenis Bufonidae dan Ranidae. Biasanya jenis ini baunya menyengat, berwarna terang. Kulit yang sangat lengket pada jenis suku Microhylidae. Beberapa katak menggembungkan tubuhnya.

Sumber: KCM

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *