Esensi dari pelayanan (melayani TUHAN) kadang sudah menjadi semakin buyar bagi sebagian orang belakangan ini. Orang-orang menyebut diri pelayan TUHAN, tanpa tahu apa yang sebenarnya ia lakukan, untuk siapa ia melakukan, apa artinya, apa manfaatnya.
Saya suka menyanyi, saya punya banyak waktu kosong, maka saya menjadi penyanyi di gereja. Saya suka bermain musik, saya punya banyak waktu, maka saya menjadi pemusik di gereja. Saya suka multimedia, saya punya waktu kosong, maka saya menjadi bagian multimedia. Pelayanan hanya seperti mengisi waktu kosong. Bahkan ada yang sengaja menumpanginya demi tujuan lain, mencari jodoh, atau sekedar supaya terlihat “baik”.
Berlomba-lomba menjadi yang terbaik, terhebat, dimata manusia. Berlomba-lomba untuk sibuk, pelayanan sebanyak-banyaknya. Tanpa tahu siapa Dia yang sebenarnya saya layani. Tanpa mau mendekatkan diri pada-Nya. Tanpa peduli untuk hidup seperti yang Ia inginkan.
Banyak orang yang “karir” pelayanannya hebat, tapi memiliki kehidupan sehari-hari yang jauh dari menyenangkan TUHAN. Pelayanan sesungguhnya adalah hidup kita.. Bukan hanya pelayanan di gereja.
38. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
39. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
40. sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”
41. Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
42. tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
PELAYANAN BUKAN PILIHAN ANTARA TINDAKAN MARIA ATAU MARTA MELAINKAN KOMBINASI ANTARA KEDUANYA
Banyak kisah “aneh” di dalam Alkitab. Maksudnya, kisah yang menggelitik keinginan untuk bertanya. Salah satunya adalah kisah singgahnya Yesus di rumah Maria dan Marta dari kampung Betania. Mengapa “aneh”? Sebab anjuran untuk melayani sangat ditekankan oleh Injil Lukas. Sekarang tiba-tiba ketika ada orang melayani, Yesus malah menegurnya. Mengapa?
Marta, dalam kisah ini disebutkan “sibuk sekali melayani”. Ia melayani sedemikian rupa, sehingga tidak bisa melihat pentingnya apa yang dilakukan oleh Maria, yaitu “duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya”. Ia tidak mengerti tindakan Maria. Sementara itu, ia melayani sambil menggerutu dan mengasihani diri. Padahal apa yang dilakukan Maria adalah bagian utama dari tindakan melayani. Hati yang menyembah dan rindu mendengar suara Tuhan ibarat mata air dari sebuah tindakan pelayanan. Tanpa itu, melayani hanya akan menjadi sederet “kesibukan” dan kegelisahan yang serba “menyusahkan diri dengan banyak perkara”.
Marta tidak sendiri. Sebagai pelayan di pelbagai aktivitas kristiani, kita pun kerap begitu sibuk dan kehilangan sukacita. Sebagai gantinya, kita terus mengeluh, mengasihani diri, dan mencela sesama pelayan. Satu hal yang harus kita ingat: kita bukan melayani “sesuatu”, melainkan “Seorang Pribadi”, yaitu Yesus. Tanpa hubungan kasih yang hangat secara pribadi dengan Yesus, pelayanan akan menjadi beban. Marta tidak keliru karena melayani. Ia keliru karena melupakan nilai penting tindakan Maria. Masihkah kita melayani karena mengasihi Yesus?
Sumber: http://sofrockz.wordpress.com/2009/11/14/maria-dan-martha/
I’m happy to know now which one is better. Both are good but must be united, ora et labora