Hari Sabtu kemarin saya mengikuti ibadah di salah satu gereja Katolik di Jakarta Barat, yaitu gereja Santo Kristoforus, saya mengikuti ibadah pukul 18.30. Kangen juga dengan suasana tenang dan khusyuknya. Saya sudah bergerja di sini sangat lama, belasan tahun, dari sejak masih sekolah. Sayapun secara resmi menjadi Katolik di gereja ini waktu SMP dulu.
Dua tahun belakangan ini memang saya lebih sering mengikuti ibadah di gereja Kristen GBI, Nafiri Discipleship Church (NDC), yang berada di salah satu mall di Jakarta Barat. Hanya sekali-sekali saya beribadah di gereja Katolik, terutama jika ada perayaan keagamaan seperti Natal, Rabu Abu, Minggu Palma, Trihari Suci, dan Paskah.
Saat masuk ke gereja Kristoforus saya sudah merasakan gereja lebih sepi dari dulu ketika saya masih sering beribadah di sini. Dan lebih terkejutnya lagi, pada akhir ibadah ada pengumuman bahwa ibadah Sabtu 18.30 akan ditiadakan mulai bulan depan dan seterusnya karena kurang efektif (umat yang datang sedikit). Seingat saya, selama saya bergereja di Kristoforus sampai saat ini, baru kali ini jadwal ibadah di gereja tersebut diubah (dikurangi).
Sekejap saya langsung teringat bagaimana kondisi di NDC dimana saya sering beribadah sekarang. Gereja tersebut semakin lama semakin ramai, dari yang dulu kalau datang agak pas-pasan masih dapat tempat duduk di tengah, hingga akhirnya jika datang pas-pasan pasti akan dapat duduk di pinggir-pinggir, hingga belakangan ini saya sering mendengar pengumuman sebelum pulang, “Kita beri waktu umat yang duduk di luar / di lobby bisa keluar lebih dulu, agar jalan keluar tidak menumpuk.”.
Kenapa bisa terjadi hal seperti ini? Tanpa maksud menghakimi, saya hanya ingin memberikan pendapat dan analisa saya, yang semoga bisa menjadi bahan pembelajaran untuk kita semua.
Salah satu value value dari NDC adalah relevan.
Apa itu relevan?
relevan/re·le·van/ /rélevan/ a kait-mengait; bersangkut-paut; berguna secara langsung
https://kbbi.web.id/relevan
Arti relevan adalah berhubungan / sesuai / terkait dalam konteks yang sama baik dalam hal topik maupun waktu, situasi dan kondisi saat ini.
Jujur saja, saya merasakan betul ke-relevan-an ini di NDC dan beberapa gereja Kristen yang pernah saya datangi dibangingkan dengan gereja Katolik.
Bukan berarti gereja Katolik sama sekali tidak relevan, mereka juga berusaha menjadi relevan, namun mungkin kurang cepat beradaptasi. Sementara di zaman sekarang ini semua serba cepat, setiap institusi berlomba-lomba mengeluarkan inovasi dan melakukan pengembangan yang luar biasa.
Demikian pula jemaat semakin menuntut, semakin memiliki banyak pilihan, semakin mudah mendapatkan perbandingan, dan semakin mudah terpengaruh. Mereka dengan mudah dapat mencoba dan pindah ke hal lain yang menawarkan sesuatu yang lebih relevan bagi mereka. Terutama kaum muda.
Konkretnya relevan seperti apa?
- Penggunaan sosial media dan media digital
Di zaman sekarang ini hampir semua orang menghabiskan waktunya dengan media sosial dan media digital lainnya (website, youtube). Untuk menjadi relevan kita perlu masuk dan mengelola hal ini dengan serius. Konten yang menarik, informatif, dan up to date. Harus mudah ditemukan, bahkan lebih dari itu, sekarang informasi bukan lagi menunggu ditemukan, tapi informasi yang mendatangi pengguna. - Menggunakan teknologi dengan baik
Memaksimalkan penggunaan teknologi, tidak hanya sekedar menggunakan, atau sekedar ada. Misalnya gunakan slide presentasi, didesain dengan baik, diperhatikan ukuran tulisannya, apakah terbaca oleh jemaat. Update dengan perkembangan teknologi yang ada, dikerjakan dengan profesional. - Pengajaran yang tajam, menarik, dan relevan
Materi yang dibawakan harus tajam, menarik, dan relevan. Tajam dalam arti memiliki poin-poin yang jelas, dapat dimengerti, memiliki alur yang jelas. Memiliki reasoning, membentuk cara berpikir jemaat, sehingga jemaat memiliki pengertian yang dalam dan tidak mengambang. Menarik agar jemaat memperhatikan, tidak jenuh, diselingi humor. Dan relevan, dalam arti berguna untuk kehidupan sehari-hari, dapat diterapkan, dengan contoh yang nyata. Sangat baik bila pembicara dapat mengikuti kelas public speaking atau sekedar belajar dari pembicara-pembicara lain melalui youtube. - Terbuka dengan masukan dan bersedia berubah
Terbuka dengan masukan dari jemaat. Masukan ini benar-benar berharga untuk mendapatkan perspektif baru yang selama ini tidak terlihat. Jemaat pasti juga ada keinginan untuk membangun Gerejanya. Namun, jika memberikan saran saja sulit, pasti jemaat menjadi enggan. Solusinya lagi-lagi akan berujung pada penggunaan teknologi.
Menurut saya, inilah poin-poin yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Kita tidak bisa menutup mata, faktanya demografi Indonesia sebagian besar diisi oleh anak-anak muda yang sensitif dengan hal-hal tersebut. Jika kita mengabaikan hal-hal ini, dan mereka mendapatkannya di tempat lain, tentu mereka akan menetap di sana.
Tanpa menutup mata, tentang akan dikuranginya jadwal ibadah di gereja St. Kristoforus, saya juga meyakini bahwa karena sebagian jemaat dari gereja Kristoforus ada yang pindah beribadah di gereja Stasi Santo Polikarpus, yang merupakan “cabang” dari gereja Kristoforus, yang letaknya pun tidak terlalu jauh.
Tapi semoga apa yang saya tuliskan bisa memberi manfaat. TUHAN memberkati.
Betul, apabila tidak relevan, gereja Katolik, gereja Injili, akan ditinggalkan anak2 muda