Membaca dengan menerapkan observasi, interpretasi, dan aplikasi yang benar menjadi topik yang dibahas pada khotbah yang diberikan dalam ibadah yang saya ikuti.
Dari arti kata menurut KBBI, observasi, interpretasi, dan aplikasi masing-masing memiliki arti:
ob.ser.va.si /obsêrvasi/
- n peninjauan secara cermat:sebelum praktik mengajar, para calon guru mengadakan — ke sekolah-sekolah
- n cara untuk membantu mengembangkan imajinasi aktor
in.ter.pre.ta.si /intêrprêtasi/
- n pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis terhadap sesuatu; tafsiran
ap.li.ka.si
- n penggunaan; penerapan
Ketiga hal ini penting dalam berkomunikasi secara sekeluruhan, khususnya dalam membaca, dan lebih spesifik lagi dalam membaca Alkitab, karena Alkitab dipenuhi dengan perumpamaan dan penggalan-penggalan cerita yang secara ruang (geografis, kebudayaan, dll) dan waktu cenderung sudah dipadatkan oleh penulis, sehingga sangat mungkin kita yang tidak memiliki pengetahuan yang sama dengan penulis dapat menangkap hal yang berbeda (misinterpretasi) dengan yang dimaksud oleh penulis.
Interpretasi yang salah akan membuat kita memiliki pemahaman dan terapan yang salah pula. Maka dari itu, penting untuk melakukan observasi dan berusaha mendapatkan konteks yang sesuai dengan yang penulis maksud.
Tema observasi, interpretasi, dan aplikasi ini juga dibahas dalam komunitas yang saya ikuti. Saat itu kami mengambil perikop tentang Hal Berdoa dari Matius 6:5-15. Kami mencoba mengamati, memahami, dan menangkap maksud yang ingin penulis sampaikan melalui bacaan ini.
Hal berdoa 5 ”Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. 9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, 10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. 11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya 12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; 13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] 14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. 15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Matius 6:5-15
Untuk siapa pesan ini ditulis?
Awal dari rangkaian cerita ini dimulai dari Matius 5, mengenai Khotbah di Bukit.
1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2 Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
Matius 5:1-2
Pesan ini disampaikan untuk mengajar orang banyak dan murid-murid-Nya juga, maka dalam konteks masa sekarang dapat kita simpulkan bahwa pesan ini juga disampaikan untuk kita semua.
Kapan kita berdoa?
Menurut saya, kita dapat berdoa setiap saat. Berdoa pun tidak hanya selalu ketika kita permintaan karena Bapa mengetahui apa yang kita perlukan (Matius 6:8), berdoa juga tentang bersyukur, pengakuan, dan berserah.
Dimana kita berdoa?
Secara eksplisit dalam Matius 6:6 tertulis dimana kita harus berdoa, “masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah”, tapi apakah hanya di dalam kamar?
Dalam ayat tersebut pada kalimat terakhir ada tertulis, “Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Menurut saya, tempat yang dimaksud tersembunyi tidak hanya ruang fisik, namun juga termasuk dalam hati kita. Berdoa di dalam hati, dengan motivasi yang tulus. Berdoa bukan untuk dilihat manusia, namun dilihat oleh Bapa.
Mengapa demikian?
Melanjutkan pertanyaan diatas, pada ayat 5 tertulis, “janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.”
Motivasi kita berdoa menjadi poin terpenting dalam hal ini, apakah kita berdoa untuk dilihat dan mendapatkan pujian dari manusia atau untuk berkomunikasi dengan Bapa?
Seperti contoh orang munafik yang suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan, apa yang menjadi motivasi mereka dalam berdoa.
Begitu baiknya Bapa, bahakan kenginian mereka untuk dilihat orangpun dikabulkan 🙂
Ketika motivasi kita berdoa sungguh untuk berkomunikasi dengan Bapa, maka kita perlu menghilangkan niat-niat lain dan fokus pada Bapa saja, memiliki satu tujuan.
Bagaimana hubungannya dengan doa bersama?
19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. 20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Matius 18:19-20
Muncul pertanyaan, bagaimana dengan berdoa bersama, sesuai dengan ayat diatas? Doa ini tidak dilakukan secara tersembunyi, ada orang lain yang akan melihat.
Menurut saya, poin terpenting dalam berdoa kembali pada motivasinya. Ketika kita berdoa bersama, kita semua akan memilki motivasi yang sama, sama-sama berdoa pada Bapa, bukan untuk dilihat orang lain. Maka dari itu, pada Matius 18:19 tertulis kata “sepakat”, memiliki kesatuan tujuan.
Bagaimana kita berdoa?
Kita bisa berdoa sesuai dengan yang dicontohkan, tidak bertele-tele, dan dengan motivasi yang benar. Dalam pengajaran yang diberikan dari khotbah yang saya dengar, yang sesuai juga dengan doa Bapa Kami, doa sebaiknya berisi PRAY, yaitu:
- Praise, pujian kepada Bapa
9 Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, - Repent, pengakuan atas kesalahan atau dosa
12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; - Ask, permintaan
11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. - Yield, berserah kepada kehendak Tuhan
10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Apa pesan dari penulis?
Kesimpulan dari pesan tetang berdoa pada Matius 6:5-15 adalah kita harus berdoa dengan niat motivasi yang benar, berdoa dengan simple.