3F: Jurus Menyelesaikan Konflik

Dalam sebuah hubungan, konflik bukanlah hal yang bisa dihindari. Bertahannya sebuah hubungan tergantung bagaimana kita bisa menyelesaikan konflik demi konflik yang terjadi.

Konflik yang tidak diselesaikan dapat membuat hubungan menjadi hambar, rasa kasih yang semula ada lambat laun terkikis dan dapat berubah mejadi kesal, sebal, bahkan benci. Selain itu, masalah, konflik, dan emosi negatif yang terpendam akan menumpuk dan siap meledak suatu saat nanti.

Maka dari itu, penting untuk menyelesaikan konflik sedini mungkin.

Maaf adalah sebuah kata yang sering menjadi jawaban atau pelarian dari konflik. Kadang maaf diucapkan tanpa benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah maaf menjadi solusi? Menambah emosi? Atau hanya ilusi?

Melanjutkan tulisan saya sebelumnya, mengenai 6 Akar Masalah dalam Hubungan, tulisan saya kali ini juga didasari dari webinar GMS Surabaya bersama Ps. Jose Carol pada tanggal 22 Juli 2020 yang berjudul Healthy Homes, Konflik Sehat dalam Pernikahan.

3F Jurus Menyelesaikan Konflik - Herwinlab

Ps. Jose Carol membagikan lengkah dalam menyelesaikan konflik, yaitu 3F: Fact, Feeling, Future

1. Fact

Fact / fakta adalah hal pertama yang harus dicari dalam menyelesaikan konflik. Konflik sering kali timbul karena asumsi atau salah mengerti. Asumsi atau salah mengerti ini dapat diselesaikan dengan komunikasi.

Mulai dari apa yang salah, yang menyebabkan konflik, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, kenapa bisa terjadi.

Misalnya, dalam sebuah hubungan pacaran antara Budi dan Mawar. Mawar mendiamkan Budi karena melihat Budi ngobrol berdua dengan wanita lain. Budi merasa ada yang berbeda dengan Mawar lalu bertanya, “Ada apa kok diam saja dari tadi?”, Mawar menjawab, “Ga ada apa-apa.”, dengan harapan Budi seharusnya peka dong, pake nanya lagi.

Karena sudah tidak tahan, akhirnya Mawar bilang, “Ngapain kamu mojok berdua sama [wanita lain]!”. Setelah itu Budi baru mendapat penyebab Mawar marah. Budi menjelaskan bahwa ia sedang memberikan nasihat dan tidak hanya berdua, ada pacarnya si [wanita lain] juga, saat Mawar melihat, pacaranya sedang ke toilet.

Asumsi-asumsi yang sering menimbulkan konflik.

2. Feeling

Feeling / perasaan perlu diungkapkan. Ceritakan apa yang kita rasakan saat kejadian. Mengungkapkan perasaan adalah suatu bentuk kasih yang dapat melembutkan hati dan membangun keterbukaan, karena pada dasarnya kita tidak akan menyampaikan perasaan kita (bahkan tidak ada perasaan) pada orang yang kita tidak care.

Sampaikan bahwa kita merasa malu, cemburu, kesal, merasa direndahkan, sedih, atau rasa lainnya pada saat kejadian tersebut.

Dalam cerita Budi dan Mawar, Mawar dapat menyampaikan, “Aku cemburu waktu liat kamu berudaan dengan wanita lain.”

Tentunya pihak yang disampaikan pun perlu memahami perasaan tersebut.

3. Future

Futuru / masa depan adalah tetang solusi agar konflik yang sama dapat dihindari di kemudian waktu. Kesepakatan apa yang perlu dibuat, bagaimana agar bisa lebih saling percaya dan saling mengerti kedepannya.

Misalnya, setelah itu Budi berjanji tidak akan berdua dengan wanita lain di ruang tertutup, jika pun harus berbicara berdua maka dilakukan di ruang kaca yang masih bisa dilihat orang dari luar.

Jangan mengucapkan maaf sebelum 3F ini dilakukan. Namun, seringkali setelah ketiga langkah ini dilakukan, maaf tidak lagi penting, karena kita sudah menyelesaikan konflik yang ada.

Semoga bermanfaat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *