Event badminton Indonesia Master 2020 diadakan pada 14-19 Januari 2020 di Istora Senayan. Indonesia Master 2020 adalah event Super 500, nanti ada lagi event badminton di Indonesia, yaitu Indonesia Open 2020 sekitar bulan Juni 2020. Kalau Indonesia Open 2020 levelnya Super 1000.
Super 500 dan Super 1000 itu menunjukan level event BWF (Badminton World Federation) tersebut. Level ini sekaligus menggambarkan besarnya hadiah yang akan diterima pemain.
Tabel ini menunjukan total hadiah minimum untuk mencapai level event tertentu (dalam USD):
Tahun | 2018 | 2019 | 2020 | 2021 |
World Tour Finals | 1.500.000 | 1.500.000 | 1.500.000 | 1.500.000 |
Super 1000 | 1.000.000 | 1.000.000 | 1.100.000 | 1.100.000 |
Super 750 | 700.000 | 700.000 | 750.000 | 750.000 |
Super 500 | 350.000 | 350.000 | 400.000 | 400.000 |
Super 300 | 150.000 | 150.000 | 170.000 | 200.000 |
Super 100 | 75.000 | 75.000 | 90.000 | 100.000 |
Kembali ke Indonesia Master 2020. Pada kesempatan kali ini saya ikut nonton langsung pada hari final (19 Januari 2020). Tiket dijual secara online melalui tiket.com dan blibli.com mulai tanggal 23 November 2019, dan langsung habis saat itu juga. Sementara kuota tiket lainnya dijual secara offline, on the spot.
Saya cukup beruntung masih bisa membeli tiket secara online di tiket.com, karena kalau harus membeli tiket on the spot mungkin saya tidak jadi nonton. Pertama karena harus datang pagi-pagi untuk mengantisipasi antrian, kedua, tidak ada kepastian akan dapat tiket atau tidak.
Final, Minggu, 19 Januari 2020 saya datang ke Istora Senayan agak mepet karena sebelumnya saya beribadah dulu di NDC. Ibadah dimulai pukul 10.30 dan selesai 12.00. Saat keluar saya melihat Chou Tien Chen dan tim nya (1 orang perempuan yang biasa mendapinginya saat tanding dan 2 orang lagi), ternyata mereka ikut ibadah yang sama. Chou Tien Chen sudah kalah pada babak sebelumnya di Indonesia Master 2020.
Setelah itu saya cari makan sebentar untuk dibungkus, pilihan jatuh pada Doner Kebab. Saya langsung berangkat ke Istora Senayan. Jalanan tidak macet. Karena jarang ke Istora, ini baru kedua atau ketiga kali, dan yang terakhir sudah bertahun-tahun lalu, saya sedikit bingung ketika mencari parkir.
Akhirnya saya parkir di Parkir Timur, persis di seberang Istora Senayan. Sempat ingin parkir di gedung, tapi kok aneh, sepi dan agak banjir, akhirnya saya keluar lagi dari gedung dan parkir di lapangan. Setelah parkir, saya makan Doner Kebab yang saya beli tadi. Waktu itu sudah pukul 12.50an.
Saya pikir, telat-telat sedikit tidak apa-apa, karena pertandingan utama yang ingin saya tonton ada di 3 pertandingan terakhir, yaitu yang ada pemain Indonesianya, dan yang seru mungkin 2 pertandingan terakhir, karena pertandingan ketiga Indonesia lawan Indonesia. Panitia cukup bagus menyusun jadwalnya, ascending menurut tingkat keseruan.
Ps. Masuk parkir Istora Senaya harus tap kartu, ga ada tombol tiketnya, jadi jangan lupa bawa kartu emoney kalian. Pun ketika keluar tinggal tap kartu yang digunakan saat masuk dan langsung potong saldo. Manless dan cashless.
Selesai makan, saya jalan ke seberang dan masuk komplek Istora Senayan, cukup ramai namun tidak padat. Saya langsung menukarkan tiket dengan gelang. Lalu saya menuju Gate 9, karena teman saya sudah ada di dalam.
Setelah masuk, ternyata masih ada cukup banyak bangku yang kosong. Walaupun pada spot-spot terbaik tentu sudah terisi penuh, tapi cukup mudah untuk menemukan tempat duduk yang masih cukup nyaman.
Pertandingan Badminton Indonesia Master 2020, Istora Senayan
Pertandingan pertama Indonesia Master 2020 pun baru akan dimulai, ternyata saya belum telat. Pertandingan pertama adalah ganda campuran sesama pemain China, Zheng Si Wei – Huang Ya Qiong, unggulan pertama melawan Wang Yi Lyu – Huang Dong Ping, unggulan kedua. Keadaan venue cukup meriah, meriah oleh fans Huang Ya Qiong. Hahaha.
Pertandingan badminton ganda campuran ini berlangsung sangat cepat, hanya 25 menit. Dimenangkan oleh Zheng Si Wei – Huang Ya Qiong 21-9 21-9. Kami sudah mengira, “Ah, sudah biasa ini, permainan China..”, ternyata belakangan tersiar kabar bahwa Huang Dong Ping sedang kena usus buntu saat itu. Cukup sakti ya, usus buntu masih bisa tanding.
Berikutnya adalah pertandingan tunggal putri antara Carolina Marin, Spanyol melawan Ratchanok Intanon, Thailand.
Partai ini cukup menegangkan dan berlangsung lama, skor akhirnya 21-19 11-21 21-18 dimenangkan oleh Ratchanok Intanon dalam waktu 1 jam 20 menit. Penonton di Istora sepertinya cukup netral, terdengar dari terikan dukungan yang diberikan secara bergantian dan lucu. “In-ta-non! Marin! In-ta-non! Marin!”
Carolina Marin walaupun menjadi pemain non-unggulan sebenarnya adalah pemain yang bagus, ia sempat menduduki pemain badminton tunggal putri ranking 1 dunia. Namun, beberapa waktu lalu Marin harus rehat dari kompetisi karena mengalami cidera serius. Belakangan ini Marin mulai kembali ke kompetisi dan membuktikan bahwa ia masih layak berada di jajaran top dunia dengan prestasinya mencapai babak final.
Partai berikutnya sudah mulai mempertandingkan pemain dari Indonesia. Parti ketiga ini adalah partai ganda putra antara Marcus Fernaldi Gideon – Kevin Sanjaya Sukamuljo aka. The Minions dan Mohammad Ahsan – Hendra Setiawan aka. The Daddies.
Dugaan saya bakal terjadi 3 game karena biasanya kalau sesama pemain senegara mereka sudah tau pola permainan masing-masing, sehingga permainan berlangsung lebih ketat, namun ternyata permainan berlangsung cepat, hanya 32 menit, dimenangkan oleh Minions dengan skor 21-15 21-16.
Momen podium diisi dengan keluarga para pemain. Ashan membawa dua anaknya, Hendra membawa tiga anaknya, dan Markus menggendong anaknya yang baru saja terbangun. Kalau tidak main di Indonesia, mungkin momen seperti ini tidak pernah ada.
Ok, ketengangan dimulai. Dua partai terakhir akan mempertemukan Indonesia dengan Denmark. Partai keempat adalah ganda putri. Greysia Polii – Apriyani Rahayu melawan Maiken Fruergaard – Sara Thygesen.
Pasangan Denmark ini adalah pemain non-unggulan yang bisa melaju sampai ke final dengan permainan yang sangat baik selama turnamen berlangsung, mereka beberapa kali mengalahkan pemain-pemain unggulan di babak sebelumnya. Tapi pemain tuan rumah belum dapat mereka taklukan.
Pertandingan ini sangat menegangkan. Greys – Apri kalah pada game pertama. Ganda Denmark ini bermain dengan berani, banyak sekali smash dari Greys – Apri yang dipotong di depan net. Power mereka juga cukup baik dengan postur yang tinggi besar.
Game kedua berhasil direbut Greys – Apri, harapan kembali terbuka. Game ketiga adalah puncaknya, kedua pasangan bermain habis-habisan. Poin-poin terakhir sangat menegangkan, pasangan Denmark sudah beberapa kali mencapai game point.
Untungnya keadaan tersebut masih bisa diselamatkan Greys – Apri, bahkan mereka bisa membalikkan keadaan dan merebut kemenangan. Pertandingan yang menguras fisik dan emosi, berakhir dengan skor 18-21 21-11 23-21 dalam 1 jam 20 menit.
Pasangan Denmark bahkan terlihat sedih dan menangis setelah pertandingan. Suatu rasa kecewa dan sesal karena sebagai pemain non-unggulan sudah mengawali turnamen dengan sangat baik, mengalahkan beberapa unggulan, hampir menang di final, sudah mencapai game point, namun akhirnya kalah. Greys sempat menghampiri pasangan Denmark ini untuk memberikan support.
Partai terakhir tidak kalah seru, tunggal putra yang kembali mempertemukan Indonesia dengan Denmark, antara Anthony Sinisuka Ginting dan Anders Antonsen.
Istora kembali dibuat tertegun melihat kekalahan Ginting di game pertama. Untungnya game kedua kembali berhasil diselamatkan sehingga hasil final akan ditentukan di game ketiga.
Di game ketiga Antonsen seperti kehilangan konsentrasi, banyak kesalahan yang ia buat. Ginting bermain dengan cukup nyaman dan percaya diri, apalagi dengan selisih skor yang cukup jauh. Dan, benar saja, Ginting dapat menutup game ketiga dengan kemenangan. Podium tunggal putra untuk Indonesia.
Pertandingan tunggal putra berakhir dengan skor 17-21 21-15 21-9 dalam tempo 1 jam 11 menit.
Secara keseluruhan Indonesia mendapatkan tiga gelar pada turnamen Indonesia Master 2020 dan keluar sebagai juara umum, Thailand mendapat satu gelar, dan China satu gelar.
Indonesia Master 2020 ini juga menjadi kali pertama saya datang ke Istora Senayan setelah dilakukan renovasi, secara keseluruhan Istora Senayan menjadi jauh lebih baik dari waktu terakhir saya ke sana. Yang paling terasa adalah fasilitas toilet dan bangkunya. Toilet cukup besar sehingga tidak perlu antri. Bangkunya sudah berupa bangku tunggal dengan senderan punggung. Terakhir ke Istora seingat saya bangkunya masih berupa bangku kayu panjang tanpa senderan punggung. Kondisi dalamnya pun cukup sejuk.
Semoga kedepannya selalu meningkat lebih baik lagi, baik dalam hal badminton, maupun pengembangan fasilitas-fasilitas di Indonesia.
Pingback: Cara Nonton Badminton Live di Badminton World TV | Herwin Lab