Meditasi, Berhenti Sejenak Bersama Kesadaran

Meditasi menjadi topik yang cukup menarik untuk saya, khususnya beberapa bulan belakangan ini.

Ketertarikan saya dengan meditasi berawal sejak beberapa tahun yang lalu, saya pernah merasa hidup kita ini berjalan semakin cepat, semakin hambar, dan semakin “tidak hidup”.

Setiap hari orang berlomba-lomba mengejar sesuatu yang menjadi common goals: harta, tahta, kuasa, wanita/pria (pasangan), mengikuti trend, gaya hidup, gengsi, tanpa benar-benar tahu apa personal goals kita, apa yang betul-betul kita butuhkan. Arah kita ditentukan oleh orang lain.

Kita berlari tanpa tahu kemana kita berlari, kita hanya berlari mengikuti kemana orang lain berlari.

Monkey see, monkey do.

Kemajuan teknologi membuat kita memiliki busy mind, memiliki pengetahuan yang luas namun tipis, banjir informasi, selalu merasa tertinggal, haus informasi bahkan mengenai hal-hal yang tidak penting, mudah membandingkan diri dengan orang lain.

Meditasi Untuk Berhenti Sejenak - Busy Mind

Perlombaan dan membanding-bandingkan ini membuat kita antara hidup di masa lalu dengan penyesalan atau hidup di masa depan dengan ketakutan.

Kita tidak lagi mengenal sekarang, the present moment, tidak lagi memiliki waktu kosong, waktu tenang, waktu untuk diam, untuk merasakan “hidup”. Diam sudah tidak dihargai, diam diasosiasikan dengan tidak produktif, diam dianggap malas, tidak jelas, tidak ada kerjaan.

Sibuk itu keren? Bangga sibuk?

Kita mulai menghindari kekosongan, kita sekarang sangat mudah bosan, mengaggap kekosongan adalah sesuatu yang tidak benar dan harus segera diatasi. Kita selalu berusaha mengisi kekosongan, cara yang paling mudah dengan lari ke gadget. Instagram, Facebook, Twitter, Whatsapp, portal-portal berita, YouTube, game, dan lain sebagainya menjadi pelarian, menjadi solusi fiktif yang bukannya memberikan jalan keluar malah menjerat kita semakin dalam.

Mungkin, Meditasi

Dari semua pemikiran dan perasaan tersebut, saya berusaha mencari sesuatu yang dapat menyeimbangkan keadaan, mungkin meditasi.

Ya, hanya mungkin. Karena saya sendiri belum memiliki banyak pengalaman dan belum cukup dalam mempelajari meditasi. Lagipula pengalaman mediatasi adalah pengalaman pribadi yang sangat personal, setiap orang akan berbeda-beda.

Bagi saya, meditasi adalah berhenti sejenak, mengistirahatkan pikiran dan batin. Dia lelah, merindukan ketenangan, seperti dulu, seperti saat kita kecil, saat gadget, teknologi, internet, social media, dan berbagai kesibukan belum mengokupasi kehidupan kita.

Saat belajar meditasi, kita akan menyadari betapa terikatnya kita dengan kesibukan. Kita kecanduan. Kita akan merasa gelisah saat tidak melakukan apa-apa (saat meditasi).

Merasa buang-buang waktu, merasa ingin membaca sesuatu, ingin mengambil gadget, ingin buka Instagram, ingin minum, ingin terus bergerak, dan lain sebagainya. Semua itu yang harus dan akan kita taklukan dengan bermeditasi. Kesadaran harus berkuasa atas diri kita, kita tidak boleh lepas kendali, hilang kesadaran, dan dikuasai busy mind.

Setelah bermeditasi biasanya saya akan merasakan ketenangan, ringan, lega, suasana yang teduh dan lembut.

Meditasi Untuk Berhenti Sejenak - Herwinlab

Mulai Bermeditasi

Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin belajar meditasi. Beberapa kali mencoba belajar otodidak secara online namun tidak terlalu memuaskan.

Dua tahun yang lalu teman saya pernah mengajak saya untuk ikut pelatihan di Tergar Indonesia, suatu komunitas mediatasi yang dipandu oleh Buddhist Meditation Master, Yongey Mingyur Rinpoche. Namun karena selalu diadakan tiap Sabtu siang, dan Sabtu saya masih bekerja, maka saya belum pernah ikut acara tersebut.

Walaupun Yongey Mingyur Rinpoche adalah seorang Buddhist, pelatihan ini terbuka bagi siapa saja, tidak ada batasan agama, dan tidak ada propaganda untuk memeluk kepercayaan tertentu.

Beberapa bulan belakangan, semenjak adanya COVID-19, saya mendapat kesempatan untuk belajar meditasi dengan lebih baik karena Tergar Indonesia membuka pertemuan meditasi online. Pertemuan diadakan hari Selasa dan Kamis pukul 19.00 via Zoom, sehingga sebagian besar acara bisa saya ikuti.

Sejak mengikuti pelatihan-pelatihan inilah saya baru mulai lebih mengerti tentang meditasi. Bahwa meditasi tidak serumit yang kita pikirkan, tidak kaku, memiliki banyak cara dan pendekatan yang tidak harus sama untuk setiap orang, tidak mistis, tidak harus sepi, tidak untuk dipaksakan, tidak harus lama, tidak ada unsur agama, bisa sambil duduk di kursi, tidak harus tutup mata.

Untuk teman-teman yang ingin ikut belajar, bisa perhatikan Instagram Tergar Indonesia, mereka akan membagikan info mengenai topik dan cara bergabung ke pertemuan menjelang acara. Pelatihan ini free of charge, tidak perlu mendaftar, namun ada kuota, biasanya maksimal 300 peserta, jadi siapa cepat dia dapat. Pelatihan biasanya dibawakan oleh Dr. Yudhi Gejali.

Semoga bermanfaat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *