Pendakian Gunung Gede: Putri Lintas Cibodas – Turun Gunung (3/3)

Setelah menikmati satu malam bersama alam Surya Kencana Gunung Gede. Membuat sebuah memori yang tak layak dilupakan. Pagi itu Minggu, 25 Agustus 2019, setelah perut terisi, barang-barang sudah dirapikan, dan tenda sudah dikemas, kami melanjutkan perjalanan turun Gunung Gede melalui jalur Cibodas.

Semalam kami camp di Alun-alun Surya Kencana, maka untuk turun melalui jalur Cibodas, kami harus melewati puncak Gunung Gede. Artinya, kami harus naik ke puncak dengan membawa seluruh barang. Kalau pendaki yang memilih jalur naik dan turun sama biasanya barang-barang akan ditinggal di camp, sehingga naik ke puncak hanya dengan daypack atau bahkan tidak membawa apa-apa.

Pendakian Gunung Gede: Putri Lintas Cibodas - Turun Gunung (3/3) Peta Gunung Gede 1
gedepangrango.org

Jalur Cibodas ini lebih panjang dibanding jalur Gunung Putri, namun tidak securam jalur Gunung Putri dan memiliki pemandangan yang lebih menarik. Di jalur Cibodas kita akan melewati pinggiran kawah Gunung Gede, tanjakan/turunan setan yang memiliki kemiringan hampir 90 derajat, air terjun/curug Pancaweuleuh, sungai air panas, air terjun/curug Cibeureum, jembatan kayu, dan telaga biru.

Kira-kira pukul 08.20 kami mulai naik ke puncak Gunung Gede dari Alun-alun Surya Kencana, tidak lupa berdoa dulu sebelum perjalanan. Akhirnya kami sampai puncak sekitar pukul 09.20. Naik ke puncak dengan membawa semua barang ternyata cukup melelahkan, jalur ke puncak mirip dengan jalur Putri yang selalu menanjak. Sampai di puncak kami mengambil waktu agak lama untuk istirahat, melihat-lihat, berfoto, dan melepas haus dengan Nutrisari dingin.

Selesai menikmati puncak Gunung Gede sekitar 10.30, kami mulai jalan melipir di tepi kawah untuk turun. Pemandangan yang sungguh indah, di kiri kami ada lautan awan, dan di kanan ada kawah Gunung Gede. Jalur di tepi kawah ini berupa batu-batuan, kita harus berhati-hati karena kerikil ini cenderung bergerak ketika dipijak.

Setelah selesai dari tepi kawah, kami mulai masuk area yang mirip dengan jalur Gunung Putri, track batu dan akar-akar, pohon-pohon mulai meninggi menutupi sinar matahari langsung. Lumayan kaget saat itu, karena dimana-dimana selalu baca, “jalur Cibodas landai”, tapi kok terjal juga, bahkan step-nya lebih tinggi-tinggi, sampai-sampai saat turun harus berpegangan pada batang pohon. Wah, ga kebayang capeknya kalau naik dari jalur Cibodas. Hahaha.

Di ujung jalur yang terjal ini ada sebuah kekhasan dari jalur Cibodas, sebuah tebing batu yang kemiringannya hampir 90 derajat, orang sering menyebutnya “tanjakan setan”, tapi saya lagi turun waktu lewat tebing ini, bukan nanjak. Heheh.

Team kami terpecah 3 saat melewati jalur ini, sebagian ada yang lewat jalur alternatif yang lebih landai, 2 orang melewati “tanjakan setan mini?” dekat jalur alternatif, lalu saya dan satu teman saya melewati tanjakan setan yang sesungguhnya, supaya afdal sudah lewat jalur Cibodas.

Sebenarnya 2 teman saya itu mau turun lewat tanjakan setan juga, tapi ternyata yang terlanjur mereka turuni bukan tanjakan setan yang sesungguhnya, sampai di bawah ada yang bilang, “loh, tanjakan setan bukan yang ini”. Hahaha. Saya dan satu satu teman saya juga hampir turun dari sana, tapi tidak jadi setelah ada yang ngomong begitu.

Akhirnya saya berdua lanjut jalan sedikit, dan ketemu yang beneran. Kebetulan saat itu tidak ada orang yang naik/turun di sana. Wow, awal lihat track ini ragu juga, lumayan ini kalau sampai jatuh, bisa tinggal nama. Kita harus turun dengan menghadap belakang saking curamnya. Untungnya sudah ada tali-tali yang dipasang di sana sebagai pegangan untuk membantu kita turun/naik. Seruuu!

Pendakian Gunung Gede: Putri Lintas Cibodas - Turun Gunung (3/3) Camp Area Kandang Badak Gunung Gede 2
Camp Area – Kandang Badak

Selesai dari tanjakan setan kita baru benar-benar memasukin track yang landai, dominasi tanah dan akar pohon. Sekitar 1 jam berjalan, sampailah kita di Kandang Badak pukul 12.30. Kadang Badak adalah camp area juga, biasanya digunakan oleh pendaki yang naik dari Cibodas. Di sini kita istirahat sejenak untuk makan siang. Makan siang kali ini adalah spaghetti ditemani teh hangat dengan gula merah/aren. Saking kelamaan istirahat sampai-sampai kita kedinginan di sini. Ok, artinya harus lanjut jalan.

Kira-kira jam 13.50 kita lanjutkan perjalanan dari Kandang Badak. Track sudah berupa batu-batu yang tersusun agak rapi. Beberapa saat berjalan kami mulai ditemani suara air dari sisi kiri jalur, sungguh indah dan menyejukkan. Dan tidak berapa lama dari sana, kami sampai di air terjun Pancaweuleuh. Air terjun Pancaweuleuh tidak terlalu besar namun tetap menawarkan suasana yang nyaman dan teduh.

Lanjut jalan lagi. Suara air yang menemani sepanjang jalan tadi berubah menjadi sungai kecil yang bisa dinikmati di sisi kanan jalur. Beberapa ratus meter kemudian sungai tersebut mulai mengeluarkan asap tipis, ternyata kami sudah dekat dengan singai air panas. Saya sempat menyentuh airnya, ternyata tidak panas sama sekali. Melanjutkan beberapa ratus meter lagi, kami sampai di air panas terjun mini, banyak orang yang sedikit berendam di sini untuk melepas lelah. Dan, lagi-lagi, air nya tidak panas, tapi berasap.

Tidak jauh setelah itu, kami memasuki main event dari jalur air panas ini. Salah satu kekhasan lagi dari jalur Cibodas. Sepenggal track batu, mungkin lebih tepat dibilang sungai air panas berbatu, dengan sisi kiri jurang, dan di sisi kanan air terjun air panas, sepanjang jalur berasap, dan sangat licin. Wah, benar-benar pengalaman yang spesial, suatu hal yang unik dan sangat mengagumkan karya Sang Pencipta.

Setelah melewati jalur air panas, kita kembali menapaki jalur berupa susunan batu, udara cukup sejuk karena matahari tidak dapat menembus langsung karena terhalangi pohon-pohon. Cukup monoton dan panjang track ini, sementara kaki mulai lelah menuruni batu-batu, pundak pun mulai kaku menggendong keril berjam-jam.

Saya mengalami masalah terutama pada ujung jari kaki yang terus menerus menghantam ujung depan sepatu hingga terdapat luka di dalam kuku kaki saya. Repot ini, perjalanan jadi ga lancar, karena setiap kali terhantam, ngilu rasanya. Hal ini mungkin karena saya lupa memotong kuku sebelum berangkat, kuku kaki saya jadi agak panjang.

Singkat cerita, akhirnya kami tiba juga di persimpangan jalan menuju curug Cibeureum, sudah ada orang trip yang menunggu dan istirahat di sana. Mereka bilang, beberapa dari team saya yang sampai dulu pergi ke curug Cibeureum, sementara masih ada sebagian team saya yang di belakang, maka saya dan seorang teman saya menitipkan tas keril kami di pos persimpangan itu dan menyusul ke Cibeureum.

Tidak menyesal, sungguh indah suasana di curug Cibeureum. Tidak ada orang sama sekali kecuali team kami, total hanya kami ber 5. Damai dan tenang sekali, ingin rasanya berlama-lama di sana menikmati alam ini. Sayangnya, kami harus cepat kembali ke persimpangan agar teman-teman kami yang lain tidak menunggu terlalu lama, dan lagi kami tidak bawa senter karena ditinggal di tas, berbahaya kalau sampai keburu gelap, saat itu sudah jam 5an sore.

Sekitar 15 menit kami menikmati curug Cibeureum, kami kembali ke persimpangan dan melanjutkan perjalanan turun. Ternyata teman-teman yang tadi di belakang sudah langsung melanjutkan perjalanan turun. Track setelah dari persimpangan Cibeureum berupa jembatan kayu (semen yang dibentuk batang kayu), banyak sekali yang berlubang, kalau jalan malam hari harus sangat hati-hati. Jalan di sini nyaman karena tracknya lurus dan pijakannya mudah.

Tidak lama dari sana, track berubah lagi menjadi susunan batu. Walaupun tidak curam, tapi track batu ini jadi masalah buat saya. Jari-jari kaki yang sudah nyeri ini membuat saya harus berjalan agak pelan dan menahan sakit, terlebih lagi, di tengah jalan matahari sudah terbenam dan kami harus melihat dengan batuan senter, hal ini membuat saya lebih sulit memilih pijakan yang baik.

Telaga Biru - Cibodas
Telaga Biru

Di tengah perjalan itu, saya sempat mampir beberapa detik di telaga biru, tidak lama di sana karena kondisi yang sudah hampir gelap. Hahah. Akhirnya setelah perjuangan panjang, kami sampai juga di gerbang Cibodas sekitar pukul 18.30. Kami semua saling menunggu di sana, rombongan saya ber 4 adalah rombongan yang terakhir sampai. Kami semua tiba hampir bersamaan, berselang sekitar 5 menit.

Lalu perjalanan dilanjutkan menuruni anak tangga sampai di pinggir jalan. Kami kembali carter angkot untuk kembali ke basecamp awal kami. Setibanya di sana kami langsung memesan minuman manis hangat dan makan malam. Ada yang pesan susu hangat, teh manis, ada yang makan indomie, bakso, dan nasi telor dadar. Setelah makan kami bersih-bersih, ganti baju, dan siap pulang dengan mobil elf yang sama ketika kami datang. Kami mulai perjalanan pulang kira-kira pukul 20.00 dan tiba di meeting point awal pukul 22.45, beberapa teman sudah turun di Semanggi karena lebih dekat dengan tempat tinggal mereka.

Selesai sudah perjalanan kami menikmati keagungan TUHAN di Gunung Gede, mendorong diri kami untuk keluar dari zona nyaman yang monoton, membuka mata kami bahwa hidup ini penuh dengan warna, menyadari indahnya alam, menyadari betapa kecilnya kita, meredam ego kami untuk saling bahu-membahu dan care for others.

1 thought on “Pendakian Gunung Gede: Putri Lintas Cibodas – Turun Gunung (3/3)”

  1. Pingback: Pendakian Gunung Gede: Putri Lintas Cibodas – Menuju Surya Kencana (2/3) – Herwin Lab

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *